Thursday, October 18, 2012

Lima kiat untuk jalani dan selesaikan PhDmu



(This is the Indonesian version of a post titled ‘Five tips to survive your PhD’. Scroll down to the previous post or click this link for the English version)


Hari ini saya dapat satu komik lucu banget dari situs favorit saya PhDcomics.com. Komik ini tentang dokumen ‘final’ yang kudu di-submit (di sini tentang thesis S3, walaupun dokumennya bisa dokumen ‘final’ apa saja). Komik itu benar-benar mencerminkan dunia mahasiswa S3 atau PhD, jadinya saya post di sini.

Ini PhDcomic bener banget, tau ga sih...

Selain itu, komik ini juga mengingatkan saya akan ide tulisan tentang kehidupan PhD. Saya waktu itu membuat artikel ini tentang tips bersekolah di luar negeri (bhs Inggris). Ternyata artikel tersebut nomor dua paling banyak dibaca di blog ini. Karenanya, saya rasa penting (ato paling tidak, menarik bagi saya) untuk menuliskan satu artikel tentang kiat untuk hidup dengan thesis PhD/S3 kita.


Five tips to survive your PhD



(klik di sini untuk versi Indonesia)

I found a very funny comic from my favourite site the PhDcomics.com just now. It’s about the ‘final’ document of a manuscript (the PhD thesis in this case, but it could be any ‘final’ document too). The comic is so true to the real world of a PhD student, so I thought I should post it here. 

This PhDcomic is so true to the real world, you know?


Also, the comic reminds me of a post I’ve been meaning to write about, concerning PhD life. I’ve made a post on tips on studying abroad here, and apparently, it is the second most popular (comparatively speaking) post in this blog. Hence, I think it’s also important (at least interesting for me) to write a post about how to survive (and hopefully thrive on) our PhD and thesis. 


Wednesday, October 3, 2012

A total of 48 short-finned pilot whales stranded at Sabu Island, East Nusa Tenggara


A total of 48 short-finned pilot whales (Globicephala macrorhynchus) stranded at Sabu Raiju (Sabu Island, East Nusa Tenggara) last night (Monday, 1 October 2012). I first received the information from Veda Santiaji and Kimpul Sudarsana from WWF Indonesia. They in turn received the first-hand account from Alexander S. Tanody (The Nature Conservancy, Savu Sea), the closest field-based office and NGO from the stranding event. 


 Photo @ Sabu government via WWF Indonesia


According to Alexander, around 7pm on Monday (1 October 2012), 44 pilot whales stranded at Deme Village (Liae District, Sabu Raijua Regency). Related government agencies went straight away to the location. By 4 o’clock in the morning, 4 whales were released back to the sea, while many of the 40 pilot whales were already dead. The whales were about 2-9 m long. Two additional whales (assuming the same species) were also found stranded at the neighbouring village. 

Many people in Indonesia are still unfamiliar with stranding events. In addition, due to the remoteness of the location, high mortality rate during stranding events is understandable. FYI, I have posted tips to handle stranded cetaceans here (Indonesian version  and English version).

Logically, my friends asked me why this event happened. Not an easy question. I cannot set aside the possibility of pathological reason behind the stranding event. An autopsy needs to be done to see if the animals were ill, and thus stranded. Below is my analysis of the possible cause(s) of the event. 


Sejumlah 48 paus pemandu sirip pendek terdampar di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur


Sejumlah 48 paus pemandu sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) terdampar di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur pada hari Senin, 1 Oktober 2012 sekitar pukul 19:00 WITA. Saya menerima berita ini berturut-turut dari Kimpul Sudarsana dan Veda Santiaji (WWF Indonesia) dan Mirza Pedju (The Nature Conservancy). Berita awalnya berasal dari Alexander S. Tanody (The Nature Conservancy, Savu Sea) yang memiliki kantor terdekat dengan tempat kejadian. 

 Foto @Yusuf Fajariyanto, TNC


Menurut Alexander, sekitar pukul 7 malam hari Senin, sebanyak 44 ekor paus pemandu sirip pendek terdampar di Desa Deme (Kec Liae, Kab Sabu Raijua). Pemerintah setempat langsung menuju lokasi. Pada pukul 4 pagi, empat ekor paus dapat dikembalikan ke laut, sedangkan banyak dari 40 ekor paus tersebut sudah mati. Paus tersebut memiliki panjang antara 2-9 m. Beberapa paus yang lain juga ditemukan di dekat tempat tersebut, total adalah 48 paus pemandu sirip pendek.

Banyak orang di Indonesia masih asing dengan kejadian terdampar. Selain itu, karena lokasi tersebut cukup terisolir, tingkat kematian paus yang tinggi tidaklah mengherankan. FYI, saya sempat menulis tips untuk menangani mamalia laut terdampar di sini (versi Indonesia dan versi Inggris).

Tentunya teman-teman saya kemudian menanyakan mengapa hal tersebut terjadi. Pertanyaan ini wajar, tapi tidak mudah dijawab. Saya tidak dapat mengesampingkan alasan patologis yang menyebabkan kejadian terdampar ini. Nekropsi perlu dilakukan untuk mengetahui apakah si hewan sakit dan karenanya terdampar. Berikut ini analisis kemungkinan penyebab kejadian tersebut.